Ruang refleksi diri, ruang berbagi.

Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

Cerpen: Eskrim Minggumu - Nocturn || ke-2.

Juli 06, 2021

 


Illustrasi cerpen Es krim Minggumu




"Es krim Minggu mu."

 

Jadi, minggu lalu, tempatnya tidak begitu jauh dari tempat orang-orang duduk sambil ngobrol. Aku liat anak kecil yang lagi dangak-ngelongok, kayanya si penasaran. mungkin, kalau aku masih seumuran dia, aku engga cuma berusaha lihat, mungkin langsung introgasi mamang-mamangnya, "mang, emangnya kalo vanilla sama coklat enak?" atau, cuma coklatnya aja yang kerasa?" padahal toh nantinya-- anak-anak. Ucapnya

 dalam mimpimu, ia terus saja bercerita tentang rasa-rasa pada eskrim. ditengah marak ragam rasa pada eskrim, untung yang kamu dengar hanya coklat, vanilla dan strawberry, jadi kamu bisa kenyang hanya dengan mendengar tanpa harus menerka-nerka rasa baru. rasa yang nampak begitu nyata sepertinya berhasil membuatmu malah ingin tidur dalam jangka waktu yang lebih panjang.

di nun jauh, apabila tergambarkan maka ialah sebuah tempat dalam lukisan, sebuah tempat seperti dalam negri dongeng, manabila kamu lihat, niscaya yang kamu lihat ialah bentangan menghampar.

"lalu apakah mereka hidup layaknya dongeng juga?" dengan tanya, tanganmu menopang dagu.

"maksudmu?" tanyanya agak heran.

kamu mencoba menerjemahkan maksudmu menjadi kata-kata.

"aku agak bingung sebenarnya," kamu mencoba tegap dan perlahan menurunkan tanganmu dari dagu. "maksudku, dengan tempat seperti lukisan dan layaknya negri dongeng, apakah penduduknya juga hidup demikian?"

lalu ia menundukan kepala sejenak, kemudian menaikannya seperti teringat akan sesuatu, seraya berucap:"aku pernah mendengar sebuah kisah yang mengatakan jika di sana itu, kamu bisa hidup dan menjalani hidupmu hanya dengan kata-kata. bahkan kamu bisa merasa kenyang serta bahagia hanya dengan mendengar kata-kata."

"kalau begitu aku tidak ingin menjadi lelah, aku hanya ingin menjaga eskrimku agar tetap beku dan menghabiskannya dalam kondisi demikian." lontarmu dengan polos.

"tidak hanya itu, kamu juga bisa menikmati eskrimmu sebanyak yang kamu mau." lantas jidatmu mengkerut, wajahmu mulai kecut, kamu mendengar pernyataanya seperti orang tidak yakin.

sudah lima jam lebih apabila dihitung dalam waktu normal, ia terus saja bercerita. kamu yang semula merasa kenyang dengan tiga rasa pada eskrim, perlahan merasakan haus.

matahari begitu dekat dengan tenggorokanmu, air selokan dipinggir halte tak ada yang bergerak, angin menjadi berwarna dan beraroma. kamu mulai letih, wajahmu mulai lelah, badanmu mulai pegal menjalar karna selama lima jam lebih waktu normal, kamu hanya diam-duduk, dan tersenyum mendengar ceritanya. sempat muncul dibenakmu, bagaimana bisa aku merasakan lelah yang begitu padahal aku hanya duduk, dan cerita yang ia bawakan juga seru.

 berselang, terhitung setelah tiga puluh menit selepas kamu berkata demikian, kamu mendengar bunyi yang mengalun, angin berjalan melewatimu, kamu hanya celingak-celinguk mencari, bertanya,"apakah warna angin barusan? rasanya sejuk dan membuatku sedikit mengantuk." sayangnya itu hanya kamu simpan untuk dirimu.

angin terus memelukmu dari belakang, mengusap kelopak matamu, berjalan melewati kupingmu seraya berbisik dengan hal yang hanya kamu yang tahu, tentang apa yang dibisikan angin. perlahan pandanganmu menjadi ada lalu tiada, ada lalu tiada, ada lalu tiada. kepalamu mulai turun tapi berulang kali kamu mencoba mengangkatnya kembali. sampai singkatnya nafasmu tlah menjadi ringan, leher dan kepalamu tlah menjadi penurut, tapi samar-samar kamu masih mendengar ia bercerita. 

ia bercerita dengan wajah yang sama, dengan bibir yang tidak pernah terlihat kekeringan saat kata demi kata berloncatan keluar, serta dengan kata-kata yang hampir mendekati nyata. sebelum kamu benar-benar hilang, kamu memastikan sekali lagi bahwa ia masih benar-benar bercerita, kamu tak tahu agar atau untuk apa memastikan itu tapi ntah, mendengarnya membuatmu merasa senang.

 cuaca tetap saja terang tapi untungnya tidak terlalu terik. sedari tadi kamu merasakan gatal-gatal pada betis dan lenganmu. sembari bangkit kamu mencoba menepuk-nepuk celana belakangmu seperti membersihkan sesuatu. beberapa menit kamu hanya terdiam, tidak terlalu lama mungkin hanya tiga menitan waktu normal. dengan kebingungan kamu mencoba mengingat-ingat kejadian dan tempat terakhir kali kamu berada.

"di sini ada orang tidak? aku numpang berteduh, ya?" ucapmu, ketika melihat bangku yang duduk di bawah pohon rimbun. tanganmu meraba bangku, tidak tahu untuk apa, kamu memang suka seperti itu. dengan gerakan yang perlahan kamu mulai duduk, diiringi celingak-celinguk untuk memastikan bahwa hanya ada kamu sendirian. dalam posisi setengah bersandar pada kedua tanganmu yang kebelakang, kamu menghela nafas yang tidak begitu panjang, kamu dengan celingak-celingukmu yang khas kembali memastikan keadaan sekitar, namun hanya bunyi angin. kamu tersenyum sembari merebahkan tubuh kecilmu pada bangku dari bambu itu. kamu melihat keatas, tepat kecelah-celah daun, cahaya seperti berebutan untuk masuk. hanya ada suara angin menyenggol-nyenggol daun, dan suara hewan ternak yang entah dari mana asalnya. bentangan hijau lengkap dengan landskap sawah, angin yang mengenai orang-orangan sawah.

kamu melihat sebuah bukit begitu hijau, di bawahnya terdapat karung-karung gandum tersusun sepertinya itu habis dipanen, sayur-mayur, padi, serta hewan ternak yang berhamburan, lalu tiba-tiba terdengar gemericik air yang membuat hatimu sedikit damai, karna bukan hanya menenangkan tapi kamu bisa kapanpun mandi serta mengambil air tersebut.

angin terus saja berbicara kepada alam, bercipak-cipak di air, berlarian di rumput rumput, serta membunyikan lonceng-lonceng dari hewan ternak. dengan hati dan fikiran yang damai perlahan kamu memejamkan mata, meminjam nafas pada tempat itu.

"tempat yang ia ceritakan itu--" dengan mata yang terpejam kamu hanya tersenyum mengingat itu. "pasti tempat itu di dekat-dekat sini." sambungmu dengan tertawa kecil.

perlahan rintik air jatuh tepat pada keningmu, menetes dan membuatmu sontak membuka mata. kamu terbangun dihadapan alun-alun warga, kembali celingak-celinguk mengingat apa yang barusan terjadi "kayanya tadi cuma mimpi." ucapmu sembari berdiri dan meregangkan badan. "aku tadi mimpi apa, ya?" kamu mengucapnya sesekali sambil mencoba mengumpulkan ingatan-ingatan. seperti halnya orang yang bangun tidur, kamu pun menyerah untuk mengingatnya. 

kamu berjalan dengan kebingungan yang menggerogoti rambutmu, kamu tidak gatal tapi tanganmu terus saja menggaruk kepalamu. kamu terus berjalan dengan kertas yang putih dan tulisan yang tak pernah bisa kamu baca, namun pada keyakinanmu, suatu saat tulisan dan penulis itu akan muram. langkahmu berpadu antara bumi yang kamu pijak dan kertas yang kamu injak, disepanjang perjalananmu menuju rumah kini terasa berbeda, kamu menemui pohon dan tiang-tiang pinggir jalan kini berubah menjadi makanan-makanan sehat, alat kepintaran, serta jaminan kebahagiaan masa tua. kamu tergiur tapi kamu tahu bahwa 

"ini  bukanlah negri yang ia ceritakan, ini kan negri tempatku tinggal, mana mungkin semua itu ada." tawamu tipis dan sedikit psimis.

haripun semakin sore namun kamu tak kunjung sampai kerumah. 

"rumahku di mana, ya? perasaan kemarin mash di sini, aku kan cuma tertidur sebentar masa ada yang membawa kabur." waktupun berjalan jauh, kamu hanya merenung melihat awan, sembari berharap negri diatas awan itu jatuh ketempat di mana kamu duduk sekarang.

tak pakai waktu lama, tuhan tahu, doamu terkabul. kamu melihat sesuatu yang terang dari atas. dalam penglihatanmu, semua nampal putih dan terang. kamu mulai merasa sedikit guncangan, itu membuatmu khawatir.

"ini ada apa ya, tuhan?" suaramu mengecil.

kamu hanya terperangah melihat keatas dan semakin kehilangan dirimu perlahan, pelan, pelan hingga kamu merasa sepenuhnya kehilangan.

 kamu tak bermimpi, kamu hanya terbangun di tengah taman dengan keadaan lapar dan haus. kamu tak tahu waktu itu pukul berapa, yang kamu dengar hanya suara adzan itu lumayan jauh. kamu hanya mengusap mukamu seperti gerakan selepas amin. kamu mengambil botol air sisa yang ada ditanah rumput. terdengar botol itu mengkerut dan kamu memasukannya ke karung sehabis kamu meminumnya.

 kamu mulai melilit karungmu dan memikulnya, dari wajah dan suaramu yang sedikit agak kaget, sepertinya ada lelah yang senantiasa yang memelukmu. air yang kamu minum tidak mengubah rasa apa-apa yang ada di dirimu. kamu berjalan dengan pandangan tertunduk, mencari malam ini dan hari esok, siapa tau itu ada dibawah, di dekat kakimu. 

terlebih dahulu kamu memutari taman, melongok kebawah ketika sampai pada setiap sudut taman. kini langkahmu telah benar-benar jauh dari kursi taman, kamu tak pernah perduli benar dengan apa yang pernah kamu tinggalkan di sana. kamu semakin kecil dalam pandangan kursi dan taman, hingga pada akhirnya kamu resmi meninggalkan kursi taman dan mimpi itu.

kamu telah yakin dengan apa yang kamu semai atas hari ini. kamu pergi bukan untuk mencarinya,  tapi untuk mempersiapkan diri untuk makan eskrim karna,

"malam ini malam minggu dan esok pasti banyak tukang eskrim di sini." ucapmu tersenyum dan berjalan dengan riyang.

 

 

 

 

 

 

 

 


biru,abu-abu dan kemerah merahan

Juni 01, 2018








biru abu abu kemerahan, seperti itulah warna seusai senja hari ini, manis ku.
pesona mu layak nya senja hari ini,tak satu pun bagiku yang terlewat kan

satu hari sebelum bulan berganti,dimana bulan berikut nya disambut dengan puisi merdu
puisi yang belum lapuk termakan zaman "hujan di bulan juni" masih menjadi puisi kesukaan ku.
senja biru bercampur abu-abu nampak sedikit ada kemerah merahan,sang pelukis mengaduk warna itu sedemikian rupa
hingga akhir nya,gerimis pun turun
detik berbaris rapih, denting jarum ber irama sesuai degub

hujan lebat pun turun,di bawah kaki gunung kunir hidup seorang melankolis berhati apatis


'ali,kemari nak"panggil ibu ku.
"segera tadangi kamar mu dengan ember,tembok nya ternyata rembes nak"
sembari berdiri di depan kamar melihat tembok yang rembes

"iya mi"sahut ku sambil menenteng ember.

"mi,seperti nya kamar aku lagi yang kena rembes"dengan nada yang agak sebel
"sabar ya nak,nanti kalau kakak mu sudah gajian umi suruh dia untuk perbaiki kamar mu"
sambil mengusap kepala sang anak

"iya,mi"sahut nya dengan ekspresi tersenyum tipis

ali lahir di keluarga yang bisa dibilang standar,ayah nya pensiunan pns,ibu nya ibu rumah tangga
sedangkan kakak nya mengajar sebagai salah satu guru bahasa indonesia di sanawiyah
ali 2 bersaudara ia anak bungsu,status nya mahasiswa di salah satu universitas di purworejo
meski agak manja,entah kenapa ia selalu menyendiri baik di lingkungan kampus maupun di rumah

"nak,kenapa masih diluar ayo cepat masuk.hari sudah mulai larut"dengan wajah ngantuk umi menegur nya.
"iya mi,ali belum ngantuk"sembari menengok ke arah umi
"bukan nya kamu besok ada kuliah pagi"sambil mengerutkan jidat nya

ali hanya tersenyum menatap umi yang masih berdiri di depan pintu

"Yasudah umi tidur saja duluan"ujuar nya sembari tersenyum
"jangan tidur terlalu larut,li besok kesiangan"umi berkata sambil menutup pintu

ia memang seperti itu belakangan ini,suka mengamati langit entah ada apa

jam 05.00

"seperti nya aku ketiduran lagi disini"mengucek ngucek mata nya
lalu ia pun bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap untuk ke kampus
dengan iringin matahari yang bersahabat,ia pun berangkat

sore menjelang dan kampus pun bubar

"rupanya,hari ini melelah kan sekali"ujar nya sambil membereskan buku
ia lalu pulang,tetapi
saat ia menegok ke ujung lorong kampus,ia melihat pujaan hatinya

"ah,itu keyza aku harus menghampiri nya"dengan semangat berlari ke arah nya
"za za,"ujar nya

"kemana saja kamu,2 pekan tak nampak layak nya di telan bumi?"

keyza husna zainab,
perempuan berbalut kerudung dengan mata kemayu dan pipi kemerah merahan
kehadiran nya selalu membuat ali menemukan inspirasi untuk membuat sajak sajak indah

"mmhh,gak kemana mana kok"ujar nya sembari menggedekan kepala
"gimana kalo kita ngobrol nya di cafe depan aja,"tunjuk ali ke arah pintu
dengan tatapan yang kemana mana keyza nampak bingung menjawab nya

"eh,kaya nya gabisa deh"dengan nada lemas
"kenapa gitu za?"tanya ali penuh harap
"banyak tugas yang harus di kerjain kaya nya deh,hehe"ujar nya ketawa ragu
tak ingin membuang waktunya ali pun tersenyum,dengan berat hati meng iya kan perkataan nya

"iiyaudah deh,gimana lagi kan hehhe yaudah hati hati ya pulang nya"

keyza pun berjalan dengan cepat menuju pintu gerbang,dan ali pun sama
dan senja pun tergelincir

malam hari,bulan amat bundar
di sebuah pinggiran kota selalu saja ada yang mengisahkan manis senyum nya kepada malam gulita

"wahai malam,seiring engkau turun bersamaan dengan naik nya bulan
yang kusadari ialah,takdir tuhan memang mempersatukan kalian, tuhan dengan segala kuasa nya menyatukan yang tidak bisa bersatu
bahkan berlainan,meskipun langit dan bumi.
wahai malam,dengan ini kukisah kan padamu betapa megah nya rasa ku padanya
selapang gelap yang kau taruh,wahai malam."tulis nya di dalam buku kesukaan nya

tapi pada malam itu ia menyobek kertas nya,mengamplopinya kedalam amplop coklat tua
"sebaik nya,ku kirim sajak ini kerumah za,"ujar nya sembari mengayuh sepedah
ia mengayuh nya dengan amat semangat,karna malam juga sudah pekat ia takut za sudah tertidur
sampai lah ia
"sepertinya aku tepat waktu" memasuki gardu lingkungan nya.
ia melihat mobil abu-abu terparkir tepat di depan rumah nya

"hah,sepertinya mobil ini familiar.tapi,punya siapa ya?"ujar nya sembari memegang kepala nya
"ah sebaik nya kulempar saja amplop ini kedalam rumah nya"sembari memarkir kan sepeda
saat sampai di depan gerbang nya,sewaktu ia ingin melempar kertas,sontak ia kaget

"hah,itu kan hamzah,"ujar nya melotot

hamzah maulana dzikr,
mahasiswa jurusan hukum,paras tampan,kaya,ayah pengusaha,rumah reale estate

"kenapa ia bisa disitu"bingung
akhir nya ali pun mengendap endap,sembari mengintip

10 menit kemudian,ia bingung
antara kagum dan sedih
ia,menemui hamzah menggandeng mesra za.yang pada malam itu kecantikan nya mengalah kan rembulan,
ali diam kaku dan tak berkutik
di bawanya keyza menuju mobil hamzah,dibukakan pintu mobil bak kereta kencana

"silahkan tuan putri,kereta kenca anda sudah siap"ujar hamzah sambil tersenyum kepada za
perasaan seperti bolong,fikiran tak bisa lagi berkata kata.yang ada hanya lemas,dan penyesalan
ali pun menghampiri sepeda tua milik nya,lalu ia pun bergegas kembali kerumah

"ah,seharus nya aku tak datang menemui nya malam ini"sambil menaiki sepeda nya
tatapan kosong penuh nelangsa,ia mengendarai sepeda tua peninggalan kakek nya
sepanjang jalan ia bersiul siul,sembari berkata;

"wahai malam,ini kah takdir mu?"melihat kelangit.
"kau pertemukan aku dengan mereka berdua"
"wahai malam.jika takdir tuhan engkau di persatukan dengan bulan,pasti aku tengah merupa matahari yang cemburu.
bagaimana tidak,aku yang memberi cahaya.sedangkan kalian,sibuk meng indah di bumi ku tercinta"ujar nya berlinang air mata

ia pun singgah di saung dekat rumah nya,sembari mengeluarkan buku dan pena
"wahai za,kau memang yang paling cantik di malam ini, bahkan malam dan bulan pun kalah indah
wahai za,kau memang sama dengan malam ini.tuhan yang mempersatukan kalian
dengan kau berupa bulan dan ia,berupa malam.bersama kalian sibuk mengindah dihapan ku.
wahai za,aku hanyalah jelmaan matahari yang cemburu.aku sibuk menyinari kalian.walau kalian sibuk mengindah di hadapan ku
wahai za,ketahui lah.jujur,aku sangat rindu pada bumi,kau.adalah bumi ku,tapi kau tahu?
wahai za,mendekatimu,hanya membuat mu binasa,sebab tuhan dengan segala kuasa nya.mentakdirkan kita mengelilingi bumi
walaupun tanpa harus bersentuhan.."tulis ali dalam buku nya

2 tahun kemudian,di aula tempat ali di wisuda ia pun bersukaria
lalu ia melihat za
ia menghampiri za yang lagi merenung di bangku belakang,

"za,sendirian aja"ujar nya,sembari mengambil posisi desebelah bangku nya
"engga kok,sebentar lagi juga ada yang datang"
"oh iya li,aku ada sesuatu nih"sembari merogoh tas pink nya
"datang ya,"sembari beranjak menghampiri dan mencium hamzah
ali dengan tatapan kosong segera pulang kerumah
betapa terkejut nya dia,yang ia harapkan adalah pesan tapi yang ia dapat adalah
undangan pernikahan.

di malam biasa dengan perasaan yang tidak biasa ia pun bercerita
"paling tidak aku pernah merasa perih nya di tolak tanpa penjelasan
paling tidak aku pernah merasa mendamba tanpa balasa peduli
paling tidak aku bisa melihat sosok yang memakaikan cincin di jemarimu,mencium kening mu dan bersanding bahagia berbagi senyumman dengan mu"
tutur nya,ia tumpah kan di dalam buku nya

pada hari pernikahan pun,ia turut hadir
matahari pagi memang indah saat itu,semilir angin bertiup dengan segar nya
seakan akan merayakan kebahagian nya

"trimakasih atas segala rasa,pada hari itu aku pun turut mengucap bahagia
mencoba ikhlas
walau air mata mengucur deras"tulis nya,sebelum berangkat

"kesalahanku; Adalah,bagiku kau tak merasa,bahwa untuku kau tak pernah punya cinta"tulis nya dalam halaman terakhir di buku nya.
"buku ku memang sudah habis,tapi.isi didalam nya tidak lah pernah habis"tertawa tipis sembari memasukan buku nya ke tas coklat milik nya

monolog nya;
cinta bukan selamanya tentang kepemilikan,tapi cinta adalah tentang ke ikhlasan
segala rela ku coba tumpah kan dalam rajutan tinta yang menuliskan nama ku di undangan pernikahan

hari itu ia berjalan cepat menuju tempat pernikahan,ia tidak mau terlambat.sembari mengayuh sepeda milik nya
segala kisah pada hari ini berakhir,mencoba ikhlas walau air mata masih mengucur deras

terimakasih atas segala rasa,hari itu pula.aku masih ingin melupakan mu,meski terbata-bata

sekian...

-in a painful dream

About Us