Ruang refleksi diri, ruang berbagi.

Tokoh dalam prespektif - Narcissus|| AnyPrespektif.

Kesepian itu bernama, Narcissus.

 


            apakah takdir bagi seorang lelaki yang – sejak melihat tujuh ikan koki berenang kesana kesini—kerap dihinggapi perasaan asing akan nasib dan parasnya sendiri."–Kartu pos dari Banda Neira.

           



Jauh pada ribuan tahun silam, sebuah negri di dataran jauh telah sampai pada kepercayaan jikalau, dewa-dewa telah turun dan berbaur dengan manusia. Mereka menjalin cinta, beranak, bercucu serta bersosialisasi seperti hidup pada mestinya. Mereka (anak hasil dari ketrunan dewa dan manusia) tentu memiliki kemampuan atau sifat lainnya yang berkaitan dengan unsur kedewaan. Termasuk Narcissus, putra dari dewi liriope. Selain mempunyai sifat dan unsur kedewaan, Narcissus juga memiliki kisah pilu dipenghujung hidupnya. Walaupun banyak versi yang bertebaran tentang bagaimana akhir dari hidupnya, kemudian sampai menjadi salah satu fenomena dalam psikoanalisis yang berkembang dan sangat relevan dizaman sekarang ini yaitu, narsisme. Namun banyak orang justru mungkin tidak mengetahui, bahwa betapa kesepian dan kesendirian begitu lekat pada diri anak muda itu dan tiada seorangpun mengerti tentang dirinya.

Dikesempatan ke-2 kali ini, aku akan mencoba membahas Narcissus dari prespektif yang berbeda.

Inilah, Anyprespektif - kesepian itu bernama narcissus

 

Sumber: Pintest -- Deer and Flower

        

.

Bag.1 –  Ramalan dan Hari kebahagiaan.

 

Sumber: Pinterst -- Godes in the water




      Apa yang ada di dalam benakmu, ketika hari kebahagiaan itu akan datang?

Di hari baik bulan baik, setidaknya ada dua hal yang kelak akan lahir, Narcissus dan ramalannya.

Dua hal yang sekiranya terlahir secara bersamaan tersebut  nyatanya menjadi hal yang akan terus teringat sampai detik ini. Sekali waktu Teiresias (Seorang peramal) berbicara kepada orangtuanya, bahwasannya Narcissus akan terus hidup serta berumur panjang apabila ia tak pernah melihat dirinya sendiri. Hal tersebut sontak memukul hati kedua orangtuanya. Sembari bertanya-tanya serta membuat alasan yang tangguh, bagaimana kelak putranya harus hidup di dalam keasingan, dan dengan melihat dirinya sendiri,  kelak menjadi sesuatu yang mengerikan. Lalu hidup seperti apa yang harus ia tangguhkan nantinya?

Tidak dapat melihat diri sendiri,  berarti  tidak mengenal dirinya sendiri. Sungguh, ia akan hidup dalam cerminan kata-kata. Mengenal diri dalam bentuk kata-kata orang lain. Bertahun-tahun ia akan mendengarkan tetang bagaimana pertumbuhannya dari orang lain.

 Lantas bagaimana --  bagaimana jika kelak ia tumbuh sebagaimana  anak-anak pada umumnya, dengan naluri  ingin tahu yang luar biasa? Haruskah ia hidup dengan masa kecil penuh pengalihan, agar ia tak kunjung tahu bagaimana ia?

Proses menghidari malapetaka dimulai semenjak ia kecil. Sebagaimana anak kecil pada umumnya, Narcissus pun tumbuh dengan naluri ingin tahu yang luas.

 

 

Bag.2 –dongeng sebuah takdir.

 

Sumber: Pinterst -- Tales and sin.


Tumbuh seperti anak-anak pada umumnya, mungkin menjadi harapan bagi semua orangtua diseluruh belahan dunia ini. Mungkin kalimat tersebutlah yang justru hilang dari kehidupan liriope. Mengingat tentang ramalan beberapa tahun silam, setiap malam hatinya terus menerus dilanda cemas perkara malapetaka apa yang kian akan melanda putranya apabila hal tersebut diremehkan.

Pada malam-malam biasa, di tengah bulan yang sedang tinggi-tingginya, liriope bercerita; alkisah, tersebut seorang pemburu  dari Nun yang jauh, seorang pemuda  tampan dan berani. Nama serta kisah keberaniannya kian tersebar luas diseluruh dataran Yunani. Di sepanjang hidupnya, ia lebih banyak menghabiskannya untuk mengembara serta berburu, karna menurutnya berdiam dan tinggal ialah sebuah penghinaan. Suatu waktu, ia tlah ditetapkan dalam sebuah pilihan antara berdiam dengan umur yang panjang, atau tetap bergerak dengan maut disekelilingnya. Masa depan dengan seluruh ketidak jelasannyalah yang justru selama ini tlah menuntunnya menuju kebanyak arah. Hidup selalu hadir dengan banyak pilihan, dan memang begitu. Seterusnya. hanya itu yang kita punya, ujarnya. Di hari-hari lepas, kita biasa menyebutnya takdir, Nak. Ujar liriope.

Narcissus tumbuh dengan bakat berburu yang diwariskan oleh keadaannya pada masa itu. Dilatih dengan segenap waktu serta kasih sayang, ia makin mahir dalam hal yang kelak menuntunnya pada masa depannya, berburu. Hari demi hari, Narcissus terus melakukan kegiatan yang sama. Terus saja sibuk dengan apa yang ia sukai. Sampai disuatu waktu, ia teringat Pada suatu kejadian; Anak panah kian melesat masuk pada kerumunan rusa yang tengah berbondong ditepian sebuah sungai.  Sontak hal tersebut membuat kawanan rusa tersebut lari tak karuan. Narcissus pun kemudian melihat seekor rusa kecil; dengan anak panah miliknhya  menembus kaki dari anak rusa. Kini, ia pun dihadapkan pada dua pilihan antara;  Mengembalikannya kepada sang induk dibalik batu atau tidak menyiakan kesempatan yang dibuahkan oleh anak panahnya tersebut. Sebagai anak lelaki yang tumbuh dengan naluri pemburu, tentu itu bukan sebuah pilihan yang sulit. Mengabaikan nurani atau menyianyiakan kesempatan yang telah diberi, bukankah tlah  terdapat dosa diantara dikeduanya? Namun semua telah kembali kepada  satu pilihan. Narcissus yang terlahir sebagai anak manusia dan anak rusa yang harus berakhir hari ini. Kita terbiasa menyebutnya, takdir.   

Semenjak saat itu pula, ia pun mulai teringat dengan banyaknya dongeng yang diceritakan padanya semasa ia kecil. Mungkin sudah menjadi hukum hidup bahwa, semakin anak bertumbuh, maka perlahan-lahan ia akan terus menemukan kebenaran serta validasi atas semua cerita, bukan hanya disebuah dongeng.



“Pemburu itu, bisa jadi hanya karangan tiap ibu. Agar setiap anak nantinya memiliki pilihan mereka sendiri.”

“Toh, siapapun bisa menjadi sepertinya. Aku, bahkan seluruh anak yang tlah lahir kedunia ini. Mereka semua bisa menjadi siapapun, termasuk pemburu itu.”

Perjalan demi perjalanan, pengalaman demi pengalaman kini tlah membuatnya semakin matang, bahkan di usianya yang masih amat belia. sehingga  ia pun tlah sampai pada keyakinan bahwasannya, berburu telah menjadi pilihannya.

 

Bag.3 – Bagian rumpang.

Kini sudah bertahun-tahun  pasca kejadian tersebut.

Ingatannya tetap tajam, meskipun masa kecilnya sudah berlalu. Ia masih mampu mengingat dengan detail tentang bagimana kejadian dihari pertama perburuannya: Tentang seekor babi muda yang akhirnya lumpuh, setelah hampir sepanjang hari ia serta kawan-kawannya melakukan pengejaran terhadap buruannya itu. Serta sungai kecil tepat di tengah hutan, letaknya tidak jauh dari pohon rimbun, yang sekaligus menjadi shelter tempatnya berehat dari terik matahari.

 



Sumber: Pinterst -- Lonely places.


Hutan kini tlah menjadi rumah kedua baginya. Antara rumah dan hutan, keduanya kini adalah tempat berpulang. Ia mungkin saja beranjak dari rumahnya, dan pulang ke hutan sebagai rumah satunya.

Dalam perburuannya  ia lebih suka menyendiri, meskipun tak jarang juga ia bersama beberapa temannya. Tapi tak pernah lebih dari lima orang. Keramaian hanya akan menjauhkannya dari apa yang ia inginkan. Di suatu hari yang terik, terdapat Narcissus bersama dua orang temannya tengah bersandar lelah di bawah shelter. Namun telinganya terusik dengan bunyi semak dan langkah-langkah yang mematahkan ranting kecil di tanah; Terdapat dua ekor rusa sedang kawin. Ia heran, karna di musim panas seperti ini, rusa seharusnya menumbuhkan tanduk-tanduknya guna dipatahkan pada akhir tahun, sebagai tanda memasuki musim perkawinannya. Pertanda itu kian semakin jelas.

 

*

Pada malam sebelumnya, ia bermimpi menemukan sepasang tanduk rusa yang tlah patah. Yah, ia kini berada di penghujung tahun, memasuki musim dingin. Lalu Narcissus mengikuti jejak kaki yang ia yakini sebagai Rusa merah ( Biasanya rusa merah bisa memiliki lebih dari satu pasangan ditiap akhir September hingga November.) berharap ia bisa menyaksikan rusa-rusa berkumpul di sebuah savannah luas. Ia terus berjalan – Namun di tengah perjalanannya, Narcissus melihat sebuah kolam di tengah hutan. Kolam yang belum  pernah ia lihat selama perburuannya. Ia pun terheran, ia merasa tlah mengenal hutan ini lebih dari siapapun, dikalangan usia sebayanya. Tentang jenis satwa, tumbuhan beracun, dan buru-burung yang ternyata adalah dewa lembah. Namun, bagai timbul dari Rahim bumi, kolam itupun tiba-tiba ada. Dengan rasa penasaran, ia menghampiri. Terdapat air mancur di beberapa sudut kolam tersebut. Kini ia telah berjalan menaiki beberapa anak tangganya. Ia tlah benar-benar sampai di tepi kolam tersebut, duduk lalu melihat air dalam kolam tersebut. Alih-alih melihat warna air dalam kolam – ia justru terbangun di tengah malam dengan sebuah pertanyaan, tentang  apa yang tlah ia lihat.

*

Setelah beberapa waktu ia memerhatikan kedua rusa tersebut, rusa tersebutpun masuk kedalam semak yang lebih belukar. Narcissus yang berharap akan segera menemui pertanda pada mimpinya pun mengikuti langkah rusa tersebut – namun, perhatiannya kian tertuju pada suara senandung di atas sebuah bukit, yang membuatnya kehilangan rusa-rusa tersebut. Narcissus berdiam cukup lama di bawah bukit tersebut. Mendengar senandung yang membuatnya terheran sekaligus merasa cukup damai. Dari semak-semak dibalik sebuah pohon, ia merasakan bahwa seorang tlah memerhatikannya sedaritadi. Narcissus pun bertanya, “Siapa di sana?” Namun, pertanyaanya malah ditimbali dengan pertanyaan yang sama yaitu, “siapa di sana?”  Narcissus yakin betul, itu mungkin suara dewi bukit. Ia tak lanjut bertanya, mungkin kehadirannya tlah dirasa mengusik dewi tersebut. Lagipula ia selalu ingat pesan ibundanya bahwa, selalu mematuhi aturan di manapun kakimu berada. Lantas ia pun kembali ke shelter dengan perasaan kecewa.

 

 

*

Sumber : Pinterst -- Eyes that always there



Ia sedang mengamati sebuah bunga yang mulai tumbuh di atas bukitnya. Dari kejauah, Echo, Mulai melihat samar-samar  seorang pemuda yang berjalan mengikuti dua ekor rusa merah. “Itu Narcissus, aku selalu mengamatinya sepanjang waktu. ketika ia memulai perburuan, hingga mengejar buruannya. Tapi kini, mungkin ia semakin mahir, ia tak pernah melepaskan buruannya terlalu lama. Kupikir, aku tlah jatuh hati padanya. Namun dengan kutukan yang diberikan hera padaku, nampaknya menyatakan sebuah itikad baik itu tidaklah mungkin.” Ujarnya dalam hati (Echo mendapatkan kutukan dari dewi hera. Karena di duga menutup-nutupin perselingkuhan zeus kepada nimfa di atas bukit). Selepas kepergiannya, ntah kenapa kutukannya tersebut menghilang.  Echo menganggap rasa cintanya kepada narcissus lah yang tlah membebaskan dirinya.  Mulai hari itu, ia berniat untuk merencanakan itikad tersebut.

Dalam langkahnya menuju shelter, kini di perasaannya mulai timbul kegelisahan akibat mimpinya semalam. Sepanjang jalan ia menggerutu, seharusnya aku memilih mengikuti apa yang tlah menjadi tujuanku. Hari tlah sedikit meremang saat ia sampai ke shelter. Beberapa temannya yang tlah menunggu bahkan sempat mengira bahwa Narcissus tlah pulang lebih awal. Hari ini berakhir, tanpa buruan, tanpa apa-apa tentang mimpinya, selain dua ekor rusa.  Memang  apa  menariknya  dua ekor rusa, toh  setiap hari aku biasa melihatnya.(Ia merasa itu hanya dua ekor rusa biasa yang secara kebetulan berada di dekat shelternya.)

 

 

Sumber : Pinterst -- Far away home.


Ia kembali pulang kerumah. kepada ibunya, kepada lantai dan dinding, kepada mimpi yang ia gelisahkan. Semenjak hari itu – ia cenderung suka menyendiri dan  tidak berniat menceritakan apa yang ia lihat kepada siapapun. Semenjak hari itu pula, ia lebih suka berburu dan mencari jejak-jejak rusa itu sendirian. Sudah hampir dua bulan berlalu, ia terlelap dalam pencarian dan kesendiriannya. Ia tak menemukan apa-apa; ia mulai kecewa pada dirinya, yang luput oleh tujuannya sendiri. Namun sisi baiknya ialah, kesendirian membuatnya jauh lebih hidup dan mudah memutuskan sesuatu. Pendapat  orang, stigma negatif, perilaku yang kadang dianggapnya kurang berkenan – ia tak lagi mendapatkan semua itu, semenjak ia menyendiri, semenjak ia sibuk pada dirinya.

 

Bag.4 – Sebuah keputusan.

Kini – sudah  dua setengah bulan lamanya, semenjak Narcissus tenggelam dalam pencariannya, dan meninggalkan beberapa hal yang ia anggap akan menghambat.

Semenjak ia mendengar senandung dari sebuah bukit—ia  tlah membulatkan tekadnya untuk terus berjalan dan menanggalkan seluruh yang menghambatnya. Rumah, orang-orang, dan bahkan seperangkat alat perburuannya pun, apabila dirasa menghambat, maka ia siap untuk meninggalkanya.

Ia percaya, bahwa  semua tak akan pernah bisa mengenal satu sama lain. Itu terjadi padanya. Ia tlah habiskan beberapa tahunnya dalam perburuan, tapi tidak ada salah satu dari mereka yang akan mengenal satu sama lain. Kepentingannya hanya sekedar urusan diperburuan. Narcissus mulai merasa psimis dengan apa yang ia mulai pikirkan. Tentang semua orang dan kepentingannya – mereka hanya bersama saat ingin mencapai sebuah keinginan, lalu kembali mencari orang yang berbeda dengan kepentingan yang sama guna mencapai keinginan yang baru. Ia merasa kerumpangan dan kekosongan tlah menyelimuti dirinya, ia mulai berfikir bahwa orang bisa saja menjadi amat kesepian dan sendiri, apabila tidak pernah memiliki tujuan yang sama. Tak pernah ada yang mengerti dirinya, begitupun orang lain, demikian.

 

*

Ia terbangun karna mendengar eraman seekor babi yang lumayan keras, sontak ia mengambil tombak miliknya, guna memastikan bahwa itu bukanlah kawanan heyna; Ternyata hanya seekor babi yang terjerat di sebuah perangkap lama yang ia dan kawannya buat di dekat danau --  Tapi bukan itu sebenarnya yang membuatnya harus terbangun. Itu semua pekerjaan dewi Echo. Ia menggiring seekor babi ke dalam jerat lama, guna membangunkan Narcissus.

 

Dari sebrang sungai, Narcissus dikejutkan dengan kemunculan seorang gadis. Gadis itu keluar dari semak di balik pepohonan. Ia sadar dengan apa yang ia lihat saat itu. Bahwa itu bukanlah seorang manusia, melainkan seorang Dewi. Narcissus pun bahkan tidak tahu asal mula dewi tersebut. Yang ia tahu, ketika dewi tersebut tersenyum kepadanya, aliran sungai seakan terhenti. Kini tepat di hadapannya, ia mendengar suara yang tlah membuatnya kehilangan dua ekor rusanya. Narcissus pun tidak berniat untuk membencinya karna pernah menjadi hambatannya. Ia tlah memaafkan dirinya dan apapun yang tlah menghambatnya, serta berniat meninggalkan semua itu. Sebelum ia (Narcissus) memalingkan wajahnya, Echo berkata kepada Narcissus; Áku tlah dihinggapi perasaan aneh – semenjak melihat—seorang  pemuda yang hendak  mengikuti langkah dari  dua ekor rusa merah. Seorang dewi lainnya berkata padaku bahwa, itu mungkin sebuah pertanda, bahwa aku tlah jatuh hati semenjak ia kehilangan langkah-langkah dari rusa tersebut. (sesaat sebelum Narcissus luput dari langkah dua ekor rusa tersebut, ia sempat mendengar senandung yang membuatnya terhenti.)

Banyak orang tlah mengartikan, bahwa kata-kata mungkin dapat lebih menyakitkan untuk mengutarakan ketidak tertarikan akan suatu hal; Begitulah Narcissus sekarang, memalingkan langkah dan pandangannya. Menganggap bahwa kata bisa saja lebih menyakitkan daripada tidak berkata apapun.

 


 

Sumber: -- Pinterst :Lying and Sad.

Langit kian mendung, gemuruh pun mulai terdengar – tak  lama, gerimis dan hujan lebatpun menyusul. Kesedihanpun kini tlah dirasakan hutan dan seluruh penghuni yang tlah menyaksikannya. Cerita tentang Echo pun  kini tlah diceritakan hutan kepada dewi-dewi lainnya.

 

 

*

Setelahnya pun, banyak dewi-dewi yang mulai terpikat oleh ketampanan seorang Narcissus. Mereka berlomba-lomba untuk merebut hatinya dengan cara apapun. Namun tidak satupun dari mereka kunjung mendapatkan hatinya. Kesedihan tlah membuat hutan menjadi turun hujuan dalam beberapa waktu. –

Ia tidak mengabaikan Echo, tapi ia memang  tak pernah memilih seorangpun dari dewi manapun. Tidak, karena  kepentingannya hanya dalam urusan cinta, tak lebih dan tak kurang. Lambatlaun mereka akan menemukan orang baru dan mencapai tujuan yang berbeda. Begitu. Seterusnya. Lalu yang tak pernah punya tujuan dan cinta, akan selamanya bersama dirinya sendiri, kesepian. Seterusnya.~

 

*

 

 

Bag.5 –Kultus.

 

Kesedihan tlah membuat hutan menjadi turun hujuan dalam beberapa waktu. – “

 

Musim dingin tlah sampai di dataran Yunani. Hujan dalam hutan pun akhirnya berhenti turun, terlihat beberapa bunga kini kembali ranum, seperti tanduk-tanduk rusa merah di musim ini. (Tanduk Rusa merah menjadi amat indah dan bagus di akhir tahun, di musim dingin.)

Narcissus masih ingat betul dengan apa yang selama ini ia mimpikan. Beberapa hari belakangan, mimpi itu datang lagi, tapi kini seakan-akan pertanda itu makin jelas. Di tengah hutan, dalam dekapan musim dingin, ia berjalan seorang diri. Hutannya masih lembab, pertanda hujan itu belum terlalu lama berhenti. Ia sekedar berjalan mengelilingi danau di dekat shelternya, kemudian tak lama, dari semak terdahulu tempatnya pertama kali melihat dua ekor rusa, kini terdengar suara kayu yang saling beradu. Dalam benaknya, ia tlah semakin dekat dengan apa yang ia mimpikan. Sepasang  rusa merah saling menggugurkan tanduknya. Ia seakan kembali pada saat pertama kali menemukan dua ekor rusa tersebut. Kejadiannya Nampak sama, rusa memasuki belukar. Namun yang berbeda, kini tak ada suara senandung dari dewi Echo lagi. Kini ia tlah dekat dengan pelataran sebuah savanah terluas di dalam hutan tersebut. Ia terus mencari-cari di mana letak kolam tersebut.

 

                *

Selama hampir sepanjang hari, Narcissus berlari-lari disepanjang savannah tersebut. Mencari letak kolam, namun ia tak kunjung menemukannya. Ia mulai merasa mendapatkan sebuah konsekuen atas apa yang ia lakukan di hari-hari lalu. Ingatannya serasa kembali kemasa kanak-kanaknya. Kini ia mendengar suara tangisan rusa yang kakinya lumpuh, akibat anak panahnya. Ia pun mendengar suara hutan serta kesedihan echo yang diabaikan perasaannya. Hutan seakan ingin menunjukan kepadanya bahwa, Narcissus seorang yang pantas mendapat konsekuensi. Dari hutan ia tahu, bahwa ditiap hari, dewi yang ia tolak tlah memohan keadilan kepada dewa-dewa tertinggi, supaya memberikannya konsekuen.  Sebuah mimpi. – ia terbangun diantara kaki-kaki rusa merah. Kini ia tlah merasa sepenuhnya putus asa, dengan apa yang selama ini ia kejar. Ia tak punya tenaga lagi untuk berdiri, bahkan, untuk mengucapkan sebuah kalimatpun tenggorokannya terasa sangat kering. Ia tak punya harapan lagi, ia merasa seluruh dewi tlah melihat dan mentertawakannya saat itu. Narcissus yang malang.

 

Matanya kembali terbuka. Dipandangan pertamanya, ia melihat rusa-rusa seperti mengerumuni suatu hal. Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia pun menghampiri rusa-rusa tersebut – kini ia bahkan melihat sebuah kolam, dengan air mancur ditepian-tepiannya. Kolam tersebut persis milik raja-raja kaya yang berkuasa saat itu. Lalu dengan merangkak, ia pun menaiki anak tangga demi anak tangga. Kini, ia tepat berada dipipi kolam tersebut, meringis kelelahan. Ia pun mengambil air tersebut menggunakan tangkupan tangannya, kemudian meminumnya. Ia tak pernah merasakan air tersebut sebelumnya. Tak lupa ia pun menggunakannya untuk membasuh wajah. Ia pun sontak mendengar suara dari dalam kolam tersebut seperti memanggil-manggil namanya. Narcissus tak mengenali suara tersebut. Pikirnya, itu adalah dewi air, ia akan mengucapkan terimakasih atas pertolongannya kelak. Ia terus saja membasuh mukanya. Sampai ia benar-benar menyadari suatu hal. Hal yang sangat besar, yang mengubah hidupnya, hal yang selama ini ia cari-cari. Kini takdir telah mempertemukan mereka.

 

*

Kini ia melihat warna air dalam kolam tersebut berubah menjadi warna-warna yang cantik. Warna yang tak pernah ia tahu namanya. Akan tetapi, ia pernah melihatnya sekali di dalam mimpinya. Lalu, Narcissus pun tersenyum dengar lebar, ia seakan menemukan sesuatu yang selama ini ia cari. Tentang kesepian, tentang keraguannya terhadap orang lain, tentang cinta, bahkan tentang takdir. Narcissus pun memutuskan untuk datang setiap hari ketempat tersebut (kolam) untuk sekedar melihat warna-warna yang ia tak pernah tahu namanya (bayangannya sendiri). Ia amat senang dan seakan terkesan akan itu. Narcissus menghabiskan banyak waktunya di sana. Hingga kini, musim dingin pun tlah berakhir. Begitupula dengan kisah Narcissus, anak dari dewi Liriope. Ia (Narcissus) dikabarkan tenggelam kedalam dasar kolam dan menemui ajalnya.

 


Sumber 5: Pinterst -- Spring and Sadness, Echo.

*

Tentang takdir yang selama ini tidak pernah diceritakan kedua orang tuanya langsung kepadanya. Akhirnya, melalui keyakinannya ia mulai mencari dan menemukan takdirnya sendiri. Narcissus adalah seorang pemburu di dalam dongeng-dongeng masa kecilnya, bahkan di masa kecil setiap anak. Tentang pilihan takdirnya. Ia mencintai setiap takdir yang telah dikultuskan (ditetapkan). Bahkan semua anak yang lahir ke bumi, mereka tak punya pilihan lain, hidup dan takdirlah yang menjadi pilihan mereka. Maka cintailah apa yang tlah di kultuskan untukmu.

Kini di beberapa musim tertentu, kolam tersebut kerap ditumbuhi suatu bunga. Bunga tersebut bernama, Narcissus. Mungkinkah itu sebuah konsekuen atas apa yang tlah ia lakukan selama ini, atau justru itu semua adalah serangkai takdir yang tlah di kultuskan kepadanya?”

                                                      

 

Koda – Sebuah prespektif.

tentang  apa yang tlah ia lihat di kolam dan mimpinya.

Ia melihat seseorang yang tidak ia kenal berada di dalam kolam tersebut.

Orang tersebut kemudian berbicara tentang hakikat hidup, bahwa, setiap jiwa yang ada di dalam diri haruslah dikenali.

Narcissus merasa bahwa, hanya orang tersebutlah yang mengerti dirinya selama ini (orang-orang selama ini bahkan temannya tak pernah ada yang mengerti dirinya.) setiap hari ia pun datang ke kolam tersebut dan berbicara, kemudian bercerita tentang bagaimana kehidup diantara keduanya.

 Semakin hari, narcissus semakin tertarik dengan orang di dalam kolam tersebut. hingga akhirnya, orang dalam kolam tersebut mengatakan bahwa, “sebenarnya aku adalah kamu, yang tak pernah kamu dan dirimu kenali.” bahkan orang tercintamupun (ayah dan ibunya) menyembunyikan rahasia dan takdir anaknya (Narcissus). Mengetahui kebenaran akan dirinya, lalu ia bertanya pada orang dalam kolam yang selama beberapa lama (Narsisme dalam prespektif lain mulai muncul.)

ia (Narcissus) merasa gelisah karna menganggap, mengapa selama ini tidak pernah ada yang mengerti dirinya. ternyata orang dalam kolam yang ternyata adalah ia, memberi jawaban, bahwa yang akan mengerti dirimu kelak, hanyalah engkau sendiri. Percakapan diantara ia dan dirinyapun berlangsung lama. Sehingga mungkin dalam prespektif yang lain, Narcissus terlihat seakan-akan mengagumi dirinya, padahal dalam prespekif ini, ia menemukan dirinya sendiri. Terlepas Narcissus tenggelam karna hal-hal lain, aku akan tetap menghargai bagaimana si pembuat cerita mengakhiri hidup seorang yang kesepian ini.

Hingga setiap orang yang melihat narsisus di tepi kolam, pasti beranggapan bahwa ia tlah mati tenggalam di kolam akibat jatuh cinta pada dirinya sendiri (bayangannya). Terlepas pernyataan itu benar atau salah. setelah melakukan pencarian panjang akan kerumpangan dan kekosongannya selama ini (semua orang mungkin pernah). selepas seorang menemukan dirinya dan mengetahui fakta bahwa, hanya dirinylah yang mengerti ia. Tentu itu bisa diartikan sebagai awalmula cinta pada diri sendiri.

Tentu, koda ini akan ku tutup dengan sebuah ending yang amat kusuka, khususnya di akhir kisah Narcissus.




Sumber 6: Prolog di buku Alchemist.

Kutipan tersebut terdapat di dalam bagian Prolog sebuah buku karangan Paulo Coelho – Alchemist .

 

 

Catatan kecil.

Tentu, sebelum sampai kepada Prespektif ini, aku tlah banyak melewati berbagai macam perkiraan yang mungkin saja terjadi dan sebagian kecil dari literature tentang Narcissus.

Namun bagiku, point of interested-nya adalah, Ketika aku bisa membuat rekaan sebuah kisah melalui ‘prespektif lain’ tanpa mengubah moral dan esensi kisah itu sendiri. Dan mungkin saja dikemudian hari akan menjadi sebuah hal yang baik, apabila semuanya bisa dilihat dari berbagai macam kemungkinan, prespektif  atau sudut pandang yang tidak hanya satu.  Tentu aku berharap, selain banyaknya moral yang bisa dipetik dari kisah ini, baik dalam prespektif satu maupun di prespektif lain (tanpa mengubah esensinya.) Kalian dapat merasakan atau bahkan menyadari, bahwasannya terdapat hal-hal yang justru berdampingan dengan fenomena-fenoma hidup saat ini.

Demikian, Terimakasih sebanyak-banyaknya.

Salam hangat, Pengarang.

 

Beberapa sumber yang membantu (Baik visual ataupun tulisan):

 

https://en.wikipedia.org/wiki/Narcissus_(mythology)

https://www.republika.co.id/berita/pl96qn282/kisah-narcissus-yang-narsis

https://id.pinterest.com/

https://tatkala.co/2017/05/09/membaca-empat-puisi-air-zulkifli-songyanan/ (Puisi – Aquarium.)

https://www.seloki.com/2020/02/ulasan-alchemist.html (Bagian Prolog Dalam Buku Alchemist.)

 

 

 







About Us