
ku dengar,diorama yang sedang kau ukir tak lagi bersyair
dan pula, kuas yang kau kenakan tak lagi basah
kanvas yang kau coba rajutkan warna di dalam nya,tak lagi selaras.
di bawah naungan stratocomulus, dada ku terhunus
berpanyungan mendung, darah ku tumpah serapah
menyeruak, mengaliri setiap genangan di sudut kota
bau tanah yang merekah hingga ke cakrawala
menyeduh sang kelopak mata,
hingga awan tenggelam oleh kelam dan hitam
ketika langit sudah kau sumpah
gerimis pun tumpah
membasah di tanah
menembus nya hingga ke akar-akar
pohon yang hampir tanggal
telah mengering sisa rindu tinggal kenang yang masih menggenang
mari, manis.disisa gerimis kita menangis
aku menangis untuk kita,lalu kau menangis untuknya
dari kita,yang masih tersisa hanyalah 'separuh dan tak pernah utuh'..